Kamu pulang jam 2. Aku tahu kamu capek. Aku juga tak mau marah-marah padamu. Aku tak mau banyak nanya darimana kamu sampai pagi. Jam 11 siang kamu bilang kamu harus urus posko mudikmu. Apa aku harus nanya lagi. Wajahmu kelihatan lelah. Aku ke dapur. Rebus air untukmu. Merendam kakimu. Seperti biasanya.
KAmu bilang lapar. Aku kembali ke dapur. Setelah beberapa menit memijit punggung dan kakimu. Untung ada nasi,sedikit daging cincang dan bumbu. Jadilah kamu makan nasi goreng daging rasa nasgor kambing. Setelahnya kamu kenyang. Dan kamu bilang akan tidur.
Tiba- tiba kamu bilang sesuatu. Dan aku tak sangka. Dini hari perang meledak di rumah ini. Meskipun tanpa suara keras dan makian. Tapi marahku sangat melukaimu. Bagaimana aku tak marah. Meskipun harusnya tak begitu. Tapi aku manusia biasa.
Kau katakan jam tangan kesayanganku tak ada di dalam tasmu. Padahal tadi siang aku sudah titipkan jam itu. Aku pergi renang dengan gadisku. dan kamu janji menjaganya baik- baik. AKu marah bukan karena jam itu mahal. Dan kamu juga tak pernah bisa belikan itu untukku. Nilai dan kenangannya tak tertebus dengan nominal. Aku dapat jam itu susah payah sebulan ninggalin kamu dan anak. Aku dapat jam itu cuma- cuma. Dan kebetulan jam itu merek terkenal, bagus pula modelnya. Dan aku lihat di toko jam, model punyaku tak banyak, limited edition.
Kamu hanya bilang mungkin ketinggalan. Mungkin juga jatuh. Kamu merayuku dengan memelukku.Kemudian bilang, besok kutanyakan pada teman kantorku. Kamu hanya bilang itu. Kamu bahkan lupa bilang maaf. Kamu bahkan tak ada janji jika jam itu tak ketemu. Apakah kamu akan membelikan yang sama, atau cari yang lain sekedar menyenangkanku. Kamu tak singgung hal itu.
Aku tak pernah marah. Jika marah aku menangis. Atau bahkan tersenyum. Dan aku pilih menangis. Dan kamu mencoba menghiburku. Dengan mengajakku bercinta. Aku makin marah. Tangisku makin kencang, meski hanya terisak. Aku tak mau tetanggaku kalang kabut. Dikira ada hantu kuntilanak di komplek kami. Dia pikir bercinta jadi penyelesaian masalah. Seharusnya dia mikir, sudah hampir 10 hari aku tak memberinya memek. Hgh.....atau aku yang keterlaluan. Atau ketakutan. Dia menghiburku, katanya mau kasih aku seks indah. BAgaimana bisa indah, niatnya saja hanya kompensasi. Dan aku juga sedang tak minat.
KAmu bilang lapar. Aku kembali ke dapur. Setelah beberapa menit memijit punggung dan kakimu. Untung ada nasi,sedikit daging cincang dan bumbu. Jadilah kamu makan nasi goreng daging rasa nasgor kambing. Setelahnya kamu kenyang. Dan kamu bilang akan tidur.
Tiba- tiba kamu bilang sesuatu. Dan aku tak sangka. Dini hari perang meledak di rumah ini. Meskipun tanpa suara keras dan makian. Tapi marahku sangat melukaimu. Bagaimana aku tak marah. Meskipun harusnya tak begitu. Tapi aku manusia biasa.
Kau katakan jam tangan kesayanganku tak ada di dalam tasmu. Padahal tadi siang aku sudah titipkan jam itu. Aku pergi renang dengan gadisku. dan kamu janji menjaganya baik- baik. AKu marah bukan karena jam itu mahal. Dan kamu juga tak pernah bisa belikan itu untukku. Nilai dan kenangannya tak tertebus dengan nominal. Aku dapat jam itu susah payah sebulan ninggalin kamu dan anak. Aku dapat jam itu cuma- cuma. Dan kebetulan jam itu merek terkenal, bagus pula modelnya. Dan aku lihat di toko jam, model punyaku tak banyak, limited edition.
Kamu hanya bilang mungkin ketinggalan. Mungkin juga jatuh. Kamu merayuku dengan memelukku.Kemudian bilang, besok kutanyakan pada teman kantorku. Kamu hanya bilang itu. Kamu bahkan lupa bilang maaf. Kamu bahkan tak ada janji jika jam itu tak ketemu. Apakah kamu akan membelikan yang sama, atau cari yang lain sekedar menyenangkanku. Kamu tak singgung hal itu.
Aku tak pernah marah. Jika marah aku menangis. Atau bahkan tersenyum. Dan aku pilih menangis. Dan kamu mencoba menghiburku. Dengan mengajakku bercinta. Aku makin marah. Tangisku makin kencang, meski hanya terisak. Aku tak mau tetanggaku kalang kabut. Dikira ada hantu kuntilanak di komplek kami. Dia pikir bercinta jadi penyelesaian masalah. Seharusnya dia mikir, sudah hampir 10 hari aku tak memberinya memek. Hgh.....atau aku yang keterlaluan. Atau ketakutan. Dia menghiburku, katanya mau kasih aku seks indah. BAgaimana bisa indah, niatnya saja hanya kompensasi. Dan aku juga sedang tak minat.

Dia memelukku.Menenangkanku. Mulai menciumiku. Meskipun aku menolak.Mengikuti gaya anakku. Dia tak menyerah. Dia mulai mengusap dadaku. Dia pikir aku terangsang. Aku jijik. Tapi dia tidak peka. Dia membuatku jadi peka dengan menyentuh ujung dadaku yang masih terbungkus BH. Aku masih terisak. Dia makin bernafsu. Dia mulai menciumi leherku. Dan aku menolaknya. Mulutnya belum bersih dia belum gosok gigi. Aku risih.
Aku bilang aku mau tidur. AKu capek. Dia bilang tidurlah denganku. Dan aku bilang bukankah selama ini aku juga hanya tidur dengannya. Dia bilang bercintalah denganku. Dan aku juga bilang selama ini aku juga hanya bercinta dengan dia. Dia bilang pagi ini ingin seks. Aku bilang aku lelah. AKu masih sedih jamku dimana. Aku lelah. Dia bilang seks itu obat lelah. Jika orgasme jadi ngantuk. Tidurnya jadi enak.
Tak kupedulikan dia. Kubiarkan saja dia menelanjangiku. Menjilati dan meremas semua bagian tubuhku.YAng menyembul atau yang tersembunyi. Aku biarkan saja apa maunya. Aku masih terisak. Kupikir aku seperti boneka manekin pemuas sahwat. Seks tanpa perasaan. Tapi dia menikmatinya. Dia menegang. Menyentuhkan penisnya ke sebagian wajahku. Basah bukan karena mulutku.TApi karena air mataku. Wajahnya berpindah. Diantara kedua selakanganku. 10 menit dia asyik main- main dengan lidahnya. Dan dia mulai protes. Aku tak basah juga.
Dia bangun. Ambil Vigel di laci meja rias. Mengolesi penisnya dengan cairan pelicin itu. Mulai bergerilya menyusuri milikku. Aku bilang stop. Dia malah menciumiku. Dia semakin menghentak dan mengencang. Aku masih menangis. Ternyata dia juga menangis. Dia bilang hanya lubangku yang bisa membuatnya nikmat. Aku diam saja. Kukatakan masih lamakah?? Sudah puaskan saja dirimu. Dia memelukku.Dia menciumiku. Lalu aku merasa denyutannya. Cairannya. Setelah itu di terkulai di dadaku. Dada yang ia ciumi dengan airmata.
Entahlah airmata penyesalan, atau menyesal telah menikahiku. Aku pura- pura tidur. Dia bangun mengambil tisue basah anakku. Mengusap lembut kewanitaanku sampai bersih. Lalu dia tertidur memelukku. Dia tahu aku masih menangis. Dan aku tahu dia sangat rindu bercinta denganku.
No comments:
Post a Comment