Hampir 9 jam jagoan kecilku menunggu papanya pulang. Tepat jam 11 malam, kamu pulang. Aku tahu kamu lelah. Aku juga tahu kamu berusaha menyenagkan kami. Aku tahu. Tapi...
Kamu datang dengan setumpuk VCD yang ingin ditontonnya. jagoan kecilku yang cantik sedang suka film. Ia terbawa aku, ibunya. Dan kamu datang dengan harapan VCD itu bisa meluluhkan kebekuannya.
Awalnya dia memang bahagia. Dia menikmati apa yang kamu bawa, dia tampak senang. Leganya aku. Tapi...
Oh...itu hanya sebentar, gadisku berlari lagi ke arahku. Dia asyik dengan kertas dan ballpoint yang ada di depanku. Dia tak lagi peduli lagi.Asyik mencoret- coret kertas itu. Dan aku menatapnya iba. Betapa tidak aku tahu dia sangat ingin gadis cantik itu mau sebentar saja direngkuh, tapi nihil. Aku membaca pandangan yang kecewa.
Hampir jam 12, aku mengajak mereka tidur. Dan kali ini aku membiarkan saja mereka berdua. Aku pura- pura sibuk dengan tumpukan piring kotor yang harus kucuci. dan baru sebentar, kudengar tangisnya pecah memanggilku. Aku sengaja tak mendengar, pura- pura tak mendengar. Tangis itu makin kencang. Aku menyerah. Aku masuk kembali ke kamar.
Kuminta putriku untuk berhenti menangis. Dia mintaku mengusap tubuhnya. Aku tahu dia lelah dan mengantu. Dan aku tahu pemiliknya yang lain juga ingin melakukan itu. Aku membiarkannya berusaha. Namun tangan kecil itu selalu menolaknya. Mulutnya meracau
"Papa jahat..pergi..."
Ups..aku diam sesaat. Tanpa menunjukkan ekpresi keget. Aku memintanya minta maaf pada papanya. Gadisku tak bergeming, dia semakin gencar menolak..memukul, menghalau tangan kuat itu, menendang perut..ayahnya sendiri. Puncaknya dia meminta ayahnya keluar.....Gadisku benar- benar tak mau ada ayahnya di tengah kami. Aku menatap mereka dengan pandangan serba salah.Dan ayahnya keluar..membiarkan kami berdua saja.
"sayang...itu papamu"
"biarin..aku gak mau punya papa"
"Kasian papa sendirian nak.."
"biarin aku gak mau punya papa jahat"
"papamu jahat?? mengapa"
"pokonya jahat..."
setelah ia terlelap, aku keluar. Kulihat dia, suamiku meringkuk di sofa, tertidur pulas. Kuambilkan selimut. Membalutnya dengan hangat, karena udara mulai dingin. Aku duduk menyendiri. Diam dan diam.
Airmataku jatuh satu- satu. Pedihnya. Aku rasa. Aku tak pernah ajarkan anakku benci ayahnya. Aku bahkan tak pernah ceritakan yang buruk tentang ayahnya. Aku bahkan selalu memujinya sebagai ayah yang baik dan menyayanginya. Entahlah siapa yang membuat gadis kecilku begitu. Mungkin bukan siapa, tapi mengapa. Lebih tepatya begitu.
Laki- laki itu ayahmu nak...Lihatlah kalian berdua sangat mirip. Mungkin kamu butuh hatinya, bukan setumpuk VCD atau janji- janji lain mnegajakmu ke tempat hiburan. Sesuatu yang baru ditawarkan untuk luluhkanmu, setelah 3 tahun menjadi ayahmu. Barangkali gadisku sudah mati rasa, dia terlalu lama menunggu ayahnya berubah. Dan ketika perubahan itu datang, hati gadisku telanjur beku...
Oooh....
No comments:
Post a Comment