"hah..kamu serius"
"lha iyalah, pernah liat aku kalo punya niat gak beneran"
"suami kamu?? gak marah?"
"gaklah...aku dah dapet ijin, jadi ayo berangkat"
Aku dan gadisku, serta sahabat baikku, kami menuju tempat itu. Gak lupa guling kesayangan gadisku menemani perjalanan kami siang itu. Aku gak peduli mata- mata itu menatapku aneh, masalahnya kami naik motor. Guling warna kuning mencolok berbentuk pisang membuat kami jadi pusat perhatian.
Sampai juga di tempat itu. Tempatnya kecil, dan teduh,kontras dengan udara siang yang panas menyengat. Aku ketemu juga dengan laki- laki pemilik rumah.
"Ehm gimana kalau satu dulu.."
"Tapi aku pengen dua sekalian, biar gak bolak- balik sakit"
"Ntar gak bisa jalan, sama gak bisa gendong anaknya lho mba"
"Ehm..ooo gitu yah. Ya udah satu dulu gakpapa, yang di kaki dulu, nutupin bekas knalpotku mas"
"Gambarnya suda ada mbak??"
"Sudah..."
"Sayang, mana yang bagus buat ibu??"
"Ini aja bu..lucu"
Aku setuju dengan pilihan gadisku, peri kecil bersayap dengan warna pastel yang tek terlalu mencolok. Kuserahkan gambar itu pada laki- laki itu. Dan aku menunggu beberapa saat membiarkan laki- laki itu menyiapkan segalanya.Sampai laki- laki itu mengajakku masuk ke dalam ruangan ukuran sekitar 3 X 3. Ruangan yang nyaman, lengkap dengan AC dan kursi empuk warna merah. Kursi yang tampaknya nyaman untuk tidur di siang itu. Aku berbaring di atasnya. Gadisku ikut serta.
Gadis kecilku yang cantik, tampak ingin tahu mengapa aku dan dia berada di ruang itu. Langkahnya lincah berpinda dari satu sudut ke sudut yang lain,sambil terus bertanya padaku.
"Ibu aku boleh baca ini"
"Itu majalah orang gede, isinya gambar- gambar"
"Aku boleh baca tidak"
"Gimana kalau kamu duduk dekat ibu saja. Sambil minum teh botolmu."
Dia mejinjing kursi memindakannya ke samping kursi itu. dia membawa majala itu, ditunjukannya padaku.
"Bagaimana bu..boleh??"
"Oke..tapi jangan jauh- jauh dari ibu, ibu juga pingin ngintip isinya"
Dia asyik mengamati majalah itu, meskipun aku sedikit deg- degan juga, karena itu majalah luar. Dan laki- laki itu telah siap rupanya dengan alatnya, dia mulai mencampur beberapa warna.
"SEkarang ya mba...siap tho??"
"Oke.."
Mulailah jarum- jarum bertinta itu melukai pergelangan kakiku.
"Sakit mba...??"
"Ehm..biasa mas, saya sudah pernah alami yang lebih sakit dari ini. Ini hasilnya"
"Oiya mbak...hasilnya cantik, moga- moga ini juga begitu"
Hampir 1 jam kakiku dikerjainnya. Gadisku sesekali mendekati kakiku. Dia melihat jarum- jarum itu menyentuh dan menembus kulitku. Sesekali ia berteriak gembira, melihat warna- warna yang sangat perempuan di permukaan kulitku.
"Koq ibu gak nangis..khan sakit"
"Kata siapa sakit?? ibu gak sakit loh..."
"Itu bedara,,jarum itu khan tajem"
"Tapi khan ini buat kamu sayang...kamu suka gambarnya khan"
"Iya..."
"Tiap hari, sampai kamu besar bisa lihat gambar itu di kaki ibu"
"Gak ilang bu.."
"Gak...."
"Aku sayang deh sama ibu"
"Aku juga"
Siang itu aku bahagia sekali. Aku punya tattoo sekarang. Di pergelangan kakiku. Dan tattoo itu untuk anakku. Agar dia bisa selalu melihat tattoo itu kapan saja dia mau. Peri yang cantik, duduk bersimpuh dengan sayapnya yang yang indah. Makna yang sangat cantik bagiku.
Meskipun punya sayap, dan dia bebas terbang kemanapun mau. Peri itu mau bersimpuh di kakiku, dan ia tetap cantik. Itulah perempuan seharusnya. Dan aku mau gadiskupun begitu kelak. Dia tetap bisa jadi jiwa yang bebas namun rela menundukkan dirinya untuk membahagiakan sesamanya, keluarganya, dan egoismenya.
Aku juga lega, aku mengajarkan suatu hal. Agar gadisku bukan jadi manusia yang picik dan dangkal. Bahwa ia juga harus mengerti, tak selamanya bertattoo itu negatif. Dengan aku pergi tattoo siang itu, aku telah menyenangkan 3 orang. Diriku sendiri, anakku, dan laki- laki itu. Laki- laki itu jadi punya uang karena dia telah bekerja, dan itu artinya anak gadisnya yang seumuran gadisku mendapat berkat rejeki dari ayahnya. Anakku, dia akan selalu bisa menatap gambar kesukaannya sampai ia besar. Ia juga belajar percaya diri, dan tidak gampang percaya apa yang sudah jadi asumsi banyak orang, tentang rasa sakit, tentang kesan negatif dari tattoo. Gadisku jadi tahu, ibunya menattoo tubuhnya karena ibunya sayang padanya, tak peduli sakit. Gadisku juga belajar bagaimana melawan ketakutan, dan yang pasti dia bangga dengan tattoo ibunya. Dan aku...aku bahagia karena mimpiku punya tattoo kesampaian.
Siang ini, di sekolahnya, ketika aku berjalan pincang karena effek nyeri yang baru terasa. Aku mendadak sembuh, saat kudengar gadisku menjawab pertanyaan gurunya, mengapa aku berjalan pincang...
"Ibuku habis ditattoo...biar aku seneng bisa liat gambar peri di kaki ibu tiap hari......."
Tuhan, terimakasih kau kirim anak yang manis dalam hidupku, yang tidak malu meskipun ibunya punya tattoo.
2 comments:
cieh yg baru punya tattoo, ngiri euy...little fairy is reflected your soul mum !
nice. love ur blog always;)
Post a Comment