AKU JUGA PUNYA PERASAAN

Siska terduduk di pojok ruang, airmatanya tak henti menetes. Dadanya sakit, sesak, dan ia hanya sendirian di ruangan itu. Siska beteriak lirih pada pembuat hidupNya, satu- satunya yang maha mengerti apa yang sedang ia rasakan

"Tuhan...aku tak pernah membayangkan bisa menjalani hidup yang begitu berat. Apa salahku Tuhan??? Aku tak pernah menyangka, hidup bersamanya adalah masa kehancuran diriku sendiri. Apa yang salah Tuhan?? Aku sudah mencoba mencintainya, bahkan ketika ia terus menyakitiku. Tak ada yang tahu tertatihnya aku, terseoknya aku, perihku, pedihku, hanya Engkau yang tahu keadaanku Tuhan. Dan sekarang dia minta pengampunanku. Apa yang harus kulakukan Tuhan?? Aku gak sanggup hidup bersamanya, meskipun aku tahu Engkau akan sangat marah ketika aku bicara begini. Sungguh sampai hari ini aku terus bertanya, mengapa kau uji aku begini. Mengapa kaupilih aku..apa salahku Tuhan. Kau memintaku menjaga kesucianku sampai aku menikah, aku ikuti, Kau meminta aku menjadi istri yang baik dan setia , aku sudah lakukan, Kau meminta jadilah wanita yang penuh kasih dan pengertian, aku sudah lakukan. Kau meminta, layanilah suamimu sebaik mungkin apapun permintaannya, aku juga sudah lakukan. Lalu kau juga meminta bersikaplah lemah lembut, bermanis muka, aku lakukan semuanya. Apa yang kurang dariku padanya?? Bahkan aku sudah korbankan perasaan keluarga besarku demi membahagiakan laki-laki yang kau pilihkan untuk jadi suamiku, aku lakukan. Aku mengorbankan anakku sendiri agar dia bahagia, aku lakukan. Apa yang kurang dariku. Tuhan tolong katakan dimana salahku??"

Siska terus menangis, terngiang kata- kata suaminya barusan

"Apakah kau tak ingin memberiku kesempatan kedua sayang"
"Aku ingin tapi aku tak yakin bisa mas...??"
"Mengapa?? Tuhan meminta kita mengampuni. Dan aku ingin bertobat, dengan setulus hatiku, aku mencintaimu, sampai kapanpun. Tolong beri aku kesempatan. Tolong jangan ungkit masalalu itu, hal- hal yang membuatmu sakit, yang kilaf kulakukan"
"Kamu baru berapa hari seperti ini mas?? Kamu sudah memintaku memaafkan, menerimamu lagi, mencintaimu lagi. Kau pernah bayangkan jadi aku selama 3 tahun ini??"
"Yah...aku bisa merasakannya..aku tahu kamu sakit"
"Kamu hanya bisa merasakan, sekedar kata, namun kau tak pernah nyata merasakannya. Aku tak pernah membayangkan , menikah denganmu, adalah awal kehancuran hidupku.."
"Sunguh Sis, jangan katakan itu padaku..aku tak mau mendengarmu menangis, aku tak mau menyakitimu...aku sudah janji pada Tuhan untuk tak melakukan itu lagi.."
"Kamu bilang jangan katakan. Lihatlah aku...aku mas, aku yang menikah denganmu, harus menimbun sendiri segala kepedihan. Perkawinan denganmu seperti mimpi buruk. Aku harus membunuh anakku sendiri, aku harus kau katai najis dan anjing, aku harus mengalami nasib seperti pelacur , bahkan lebih hina dari pelacur aku tak dapat upah apapun ketika kau masukan penismu dalam anusku, kau tak menganggapku sebagai seorang istri yang harus kau hargai..Kau menuduhku berselingkuh, Tuhan hal yang paling aku benci....hanya karena aku ingin memberimu hadiah di saat ulangtahunmu lewat lagu yang kucipta dengan laki- laki itu, kau pikir aku tak sakit, jika saja aku bisa seperti yang lain aku ingin berselingkuh..tapi gobloknya aku, aku selalu tak bisa...Kamu masih ingat, ketika aku mati- matian berjuang untuk anak kita, kamu pikir berlian ini sanggup menghapus perihnya, tidak!!!! Aku benar- benar menderita, lahir batin bersamamu, aku kehilangan pekerjaanku yang jika kujalani, gajiku akanlebih tinggi darimu...dan aku rela kau upah harian untuk hidup menderita begini, mungkin jika itu aku saja yang jalani, aku tak protes, kamu bahkan tega membawa anak kita dalam kondisi itu...."

"Sis..sudah tenangkan emosimu...."
"Kamu pikir ini emosi, ini jeritan hatiku, aku tak bisa jatuh cinta padamu, aku benci kamu........."
"Maafkan aku Sis...tolong..."
"Sudahlah kau memang tak pernah jadi aku, jadi kau masih saja pertahankan aku. Apa yang kamu harapkan dariku"
"Aku ingin kita memperbaiki semuanya Sis, dari awal..aku tak mau kamu meninggalkanku. aku tak sanggup tanpamu Sis..."
"Selama ini kamu kemana mas?? Bukankah kau bisa hidup dengan hartamu, kesenanganmu, libidomu yang sadis...kamu bisa hidup mas, 3 tahun kamu hidup tanpa cinta. Apalah arti aku dan anakmu. Kami tak punya arti, uangmu, gengsimu, reputasimu sebagai pria yang kelihatannya baik- baik, keluarga besarmu yang religius, lebih berarti dari aku"
"Cukup Sis jangan siksa aku dengan kata- katamu"
"Kamu bilang aku menyiksamu. Lalu keputusanmu mempertahankan rumah tangga ini bukankah juga menyiksamu??"
"Aku mau memperbaiki semuanya, melihatmu bahagia.."
"Bahagia?? Bagaimana mungkin bisa, kau kuat sampai kapan denganku mas. Aku lebih bahagia dengan sahabat- sahabatku. Kau membuatku menderita karena menyiksamu. Sampai kapan aku kuat melihatmu menahan syawatmu sendiri, sementara kau tahu aku tak mungkin bercinta denganmu tanpa rasa cinta, aku bukan pelacur mas.."
"Jangan katakan kau pelacur..kau istri yang baik, istri yang setia, maafkan aku Sis..."
"Sudahlah mas..aku mau bahagia...kau bilang kau ingin melihatku bahagia.."
"Ya..aku ingin melihatmu bahagia...aku ingin Sis.."
"Tinggalkan aku mas...kau berhak dapat kebahagiaan dengan wanita lain, bukan aku...."
"Tolong Sis jika itu yang kau pinta aku tak sanggup....."

Siska masih menangis. Siska sangat sedih dengan keadaan ini. Bagaimanapun dia masih punya perasaan pada suaminya. Bukan cinta, tapi iba. Dan ia tak bisa hidup hanya dengan perasaan kasihan, tanpa cinta. Siska masih terduduk sendiri, menangis, dan pasrah pada Tuhan...

"Sudahlah Tuhan...engkau maha kuat..dan aku tak punya daya sekarang. BAhkan ketika kau minta manusia untuk menjadi jujur, Kau masih juga mengujiku dengan keadaan ini. Aku hanya minta padaMU, tolong tunjukan dimana salahku, dan apa yang harus kulakukan sekarang. Apakah aku harus jadi seorang pembohong Tuhan...??"