WAKTU KAU TIDUR

Aku masih betah lihatin kamu saat tidur. Entah. Untuk tahu perasaanku padamu, aku paling suka menatapmu saat begini. KAmu telanjang. Menungguku sejak jam 10 sampai aku masuk kamar. Sekarang jam 3 pagi. Kamu sudah terbang ke alam mana. Dengkuranmu tak mengusikku.

Kasihan...
Sudah hampir 2 minggu kamu tak dapat jatah. Sekarang aku mens. Selasa aku pergi. Ah..sungguh aku sebenarnya ingin. Membuatmu enak. Tapi susah banget dapet mood. Bukan karena aku gak cinta lagi. Mungkin ada yang salah dengan diriku sendiri. Atau terlalu banyak luka yang kau gores, tanpa kau sadar.

Kasihan...
Aku tahu kamu sangat sayang padaku. Dan aku tahu kamu lelah menungguku melakukan hal itu. Ah...kamu laki- laki baik, aku tahu kamu sangat menyayangiku. Meski caramu tak seindah yang kukhayal. Namun bukan berarti aku tak peduli padamu. Mungkin hatiku saja. Tapi sikapku padamu tidak.

Tuhan..
Ini pria yang harus kulayani seumur hidupku. Aku sesungguhnya sayang padanya. Tapi kenapa aku sering menangis sendiri di belakangnya. Aku tak mau dia tahu aku terluka. Banyak terluka. Dia seperti bayi. Polos. Bahkan semua kesalahannya bukan karena maunya. Aku tahu semua karena ibunya salah membesarkannya.

Tuhan...
Terimakasih. Meskipun tidak padaku, aku bahagia melihatnya berubah. Ada sedikit bangga saat dia belikan tukang becak itu gado- gado dan es teh. Ternyata dia masih punya nurani. Dia masih bisa kasihan pada jiwa lain, tukang becak tua rentan itu yang sanggup meluluhkan hatinya. Sungguh aku bangga

Tuhan..
Aku meihatnya seperti bayi saat dia tidur. Dia begitu manja padaku. Aku tahu dia iri. Aku lebih perhatikan anakku. Entahlah...sampai kapan aku begini. Sesungguhnya akupun mendamba keromantisan bersamanya. Aku tak tahu sampai kapan kubiarkan dia terus telanjang tanpa kusentuh. Aku tahu dia lelah menungguku...