Masih Tentang Dina

Kamu sekarang benar- benar addict me. Hgh...aku bersyukur akhirnya kamu gak lagi jauh dariku. Aku begitu sayang kamu non...seandainya saja kamu tahu.

Aku juga gak tau, haruskah aku sedih atau justru bahagia dengan keputusanmu.
"Minggu depan gue ke pengadilan...ngurus devorce gue"
Itu sms kemarin. Akhirnya.....setelah kamu mencoba balik lagi ke rumah. Semoga saja keputusanmu itu dari hatimu, bukan karena kata- kataku.

Din....
Aku mungkin bukan sahabat yang baik seperti yang dibilang teman- temanku sepulang aku dari Jakarta, dan ketika mereka bersamamu. Jujur...aku bisa saja memberimu nasihat bijak

"Pulang ke rumah, kembali pada suamimu, berhentilah bekerja..urus suami dan punya anak..."

Kamu lihat aku membiarkanmu bercinta dengan laki- laki lain, sementara aku tahu kamu masih istri orang. sesungguhnya karena aku terlalu sayang, dan aku tahu bagaimana kamu. Maaf kubiarkan saja itu terjadi padamu.

Aku hanya ingin melihatmu bahagia, aku rindu melihatmu tertawa lepas. Setelah kamu menikah dengan laki- laki itu, kamu seperti orang asing. Aku..jika aku saja dekat...jika juga aku laki- laki, aku ingin sekali mengajak suami berantem. Aku ingin menghajarnya, laki- laki kasar yang hanya menyakitimu...menjadikanmu tambang emasnya, pemuas birahinya, dan memberi pasung lalu memenjarakanmu. Untung saja ludah itu belum sempat mengotori wajah cantikmu..jika itu terjadi..sungguh aku berangkat lagi Jakarta demi kamu.

Aku hanya mau bahagia, dan aku tau kamu bahagia bersama Erwin. Dia memang tidak sesempurna suamimu ( menurut orang yang belum mengenal Erwin secara dalam). Dia memang bukan laki- laki sempurna sekali lagi, orang bilang dia brengsek....Tapi sekali lagi, aku gak mau seperti kebanyakan, aku tidak ingin mengahakimi, sebelum aku membuktikannya.

Kamu dan Erwin seperti pelengkap. Kehadiranmu membuatnya fokus hanya pada satu perempuan. Yang aku tau...kamu bisa mencuri hatinya, itulah mengapa dia mulai tidak ingin membagi tubuhnya dengan wanita lain. Demikian juga kamu...dia telah mencuri hatimu, sehingga kamu mau memberikan tubuhmu. Aku melihat kalian berdua bukan sekedar main seks untuk kesenangan.

Aku lihat binar di matamu non.....dan itu dari hatimu. Hatimu bahagia mengenalnya, kamu mulai menunjukan sisi kewanitaanmu, perhatianmu, kerelaanmu,kepercayaanmu. Puff...dengan suami sendiri aku yakin kamu gak akan heboh hanya sekedar mencari merek obat batuk yang cocok, belum tentu juga kamu menyeterikakan baju kerjanya, atau mengirimnya makanan. Dan kamu melakukannya untuk Erwin....

Aku lihat kamu mendapat kebahagiaan dari pria yang dibilang orang brengsek....Kalau aku jadi kamu, aku tak akan pernah peduli dia brengsek. Aku gak melihat kebrengsekan itu ketika dia bersamamu, aku melihat dia begitu memperhatikanmu...dan mencoba membuatmu nyaman, kamu bahagia, kamu menjadi diri kamu sendiri. Dan itu tak kulihat dari suamimu.

Maafkan aku...jika aku bukan sahabat yang baik. Aku hanya mau bahagia. Dan sumber kebahagiaanmu ada pada Erwin. Untuk apa aku menyuruhmu kembali pada Dheny. Kamu sudah berkubang noda dosa. Dosa karena kamu bercinta dengan suamimu dengan kebencian, dosa karena kamu meninggalkannya, dosa karena kebencianmu membuatnya marah dan menjadi pria tidak bermoral terhadapmu, dosa karena bukan seorang istri yang berbakti, dosa karena kamu sudah bercinta dengan laki- laki lain.

Semoga keputusan mengakhiri hubunganmu dengan Dheny membebaskanmu dari dosa. Kamu sudah temukan sumber kabahagiaanmu sekarang. Aku tahu, perasaanmu ke Erwin bukan sebab kamu meninggalkannya. Penjara yang terlalu ketat dan sadis yang membuatmu lelah dan ingin pergi. Penjara yang diciptakan laki- laki yang mengaku mencintaimu seumur hidup.