MAAF LAGI..LAGI...LAGI...LAGI...LAGI!!!!!!!!!!!!!

"Kamu jahat. Ini masalah pribadi. semua orang jadi tahu"

Mata bulat. seperti bayi, menatapku. Aku tak bisa menebak ia marah. kecewa. atau sedang mengiba. memintaku berhenti menulis tentangnya.

" Ini bagian dari sebuah perjuangan. Hidup itu akan hidup, meskipun kelak aku mati, tapi jika aku berani lakukan sesuatu yang bisa bikin orang lain tidak menderita, ketika orang lain termotivasi keluar dari sebuah ketidak adilan, ketidak bahagiaan. Aku tak akan pernah mati. Jangan minta aku hentikan semuanya "

Mata bulat seperti bayi. Dia bicara tentang cinta. Dia bicara tentang kesempatan kedua. Dia bicara tentang jiwa. Dia bicara tentang kehampaan. Dia bicara tentang kerinduan. Matanya berkilat- kilat, seperti kaca. Dan aku tak sanggup melihatnya begitu.

"Maaf...aku sudah tidak minat. Ini sudah jadi keputusanku. Kita masih punya kesempatan kedua, aku juga tidak mau menghujanimu dengan benci. AKu mau kita bersahabat. Cukup sampai pada batas itu saja. titik. aku tidak mau lebih. "

Mata bulat seperti bayi. Dia bergegas pulang sebelum malam. Dia memelukku. AKu bagai karang es. Dingin.

"Maukah kamu memelukku..."

Aku masih diam. Cuma menatapnya. Bibirku diam.

"Baiklah. Aku pulang. Terimakasih kamu tak memelukku"

Mata bulat seperti bayi. Dia berjalan pelan meninggalkanku sendiri. Dia tertunduk. Aku tahu dia terpukul. Aku tahu dia terluka.

Maaf..ini sudah jadi keputusanku. Aku tak ingin membencimu. Aku ingin berdamai dengan perasaanku sendiri terhadapmu. NAmun aku tidak mau merubah keputusanku. Ada frame lain yang lebih nyaman nantinya. Ketika aku bisa memelukmu sebagai seorang sahabat.

Maaf......maaf..........pergilah. Hentikan mimpimu denganku. Cukup itu saja.